Minggu, 29 Juli 2012

Referensi Novel

ada referensi buku nih gue
selama bulan puasa + libur kuliah + cuma mendep dirumah aja, gue nemuin novel gue yang dulu
quarter life dilema karya nya primadonna angela
udah pernah ngebacanya sih, eh kana bener-bener nggak ada kerjaan jadi gue baca lagi
ini cerita nggak ngebosenin, walaupun gue tau endingnya tapi masih gue baca ulang lagi tu buku yang tebalnya 310 halaman.
aaaaah ceritanya buat gue envy sama si Ine, cewek cantik, pinter, karir yang cemerlang, sahabat yang the best, walaupun di jalan hidupnya dia blm bahagia karna blm ketemu cowok yang bener-bener untuknya tapi kan akhirnya dia juga married sm cowok yang sama hebatnya dgn dia ganteng, mapan, dan yang pasti cinta banget sama Ine. siapa coba cewek yang nggak envy
walau gue tau ini hanya sekedar cerita di novel tapi bacanya beneran kayak nyata. hohoho
sudah baca novel ini gue jadi penasaran sama novel sebelum ini, quarter life fear cerita tentang si belinda sahabatnya ine.
emang novel ini yang keluar duluan, dan sebelumnya nyeritain kisah hidup belinda dulu sebelum kisah hidup ine.
gue cuma tau sinopsis nya, kalo ngebaca nya pasti leboh seru, aaah tapi gue telat deh, novel ini novel lama pasti susah kalo mau nyarinya di gramed.
singkatnya cerita belinda berlainan dngn ine. belinda yang nggak secantik ine dan punya tubuh yang size nya agak berlebihan, karir yang cuma pengajar anak, tapi ortu yang sukses, dan akhirnya dia juga menikah dgn mantannya yang ganteng dan sukses.
2 novel ini happy ending ceritanya, :)
kalo bisa aku kasih deh 10 jempol buat primadonna angela, dan seribu kali a plus juga deh *agak berlibahan yak, haha*

Quarter Life Dilemma (QLD)
sinopsis :
Novel ini bercerita mengenai kehidupan Ine yang merupakan sahabat Belinda (tokoh dalam Quarter Life Fear). Kehidupan Ine bisa dikatakan nyaris sempurna. Karir yang sukses, wajah dan penampilannya pun bisa dikatakan mampu membuat laki-laki tertarik. Dalam kehidupannya yang nyaris sempurna itu, Ine masih tetap merasa ada sesuatu yang kurang.

Suatu waktu Ine sempat merasa bosan dengan segala aktivitas yang dilakukannya setiap hari, karena segala sesuatu yang diinginkannya sudah berhasil dicapai. Tentu saja itu semua dengan usaha dan kerja kerasnya yang dimulai dari bawah. Itulah yang membuatnya aneh. Dulu Ine terbiasa dengan tantangan-tantangan dalam pekerjaan yang dilakukannya, tapi sekarang semua seperti sudah biasa saja.

Sementara itu, Belinda (sahabat Ine) yang sudah menikah dengan Jay, telah hamil dan tidak lama lagi akan melahirkan. Inilah yang kadang membuat kocak isi cerita Quarter Life Dilemma. Mulai dari keinginan untuk membeli pernak pernik bayi sebanyak-banyaknya, porsi makannya yang cukup banyak, sampai perasaannya yang terkadang sangat halus atau sentimentil bila ada sesuatu yang tidak sesuai yang diinginkannya. Intinya sih, ribet. Seringkali Ine juga ikut merasakan repotnya Belinda yang segera hamil, ikut bertanggung jawab terhadap Belinda, dan ikut membantu serta membuatnya bahagia dengan selalu menemani Belinda dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk bayinya nanti. Maklum saja, ibu hamil memang keinginannya macam-macam. Kadang-kadang Ine jadi berpikir beberapa kali lagi untuk menikah, tapi kadang-kadang dia juga ingin merasakan kebahagiaan seperti Belinda yang menikah dengan Jay yang sangat mencintainya.

Di suatu kesempatan, Ine bertemu kembali dengan seorang laki-laki yang bernama Marco, teman Jay yang sudah lama berada di Singapura. Kebetulan, saat itu Marco datang ke Jakarta dan tiba-tiba mengajak Ine untuk bertemu. Tadinya sih, Ine agak sedikit lupa. Tapi setelah bertanya pada Belinda, Ine langsung ingat dengan sosok Marco yang Ine kenal dari Belinda dan Jay, sewaktu Ine menemani Belinda dan jay berbulan madu. Marco cukup menarik perhatian Ine, begitu pula sebaliknya dengan marco yang juga ternyata mengagumi Ine. Ine pun kembali bertemu dengan Marco, bersama dengan Belinda dan Jay. Tapi karena sesuatu hal dan Marco juga harus kembali ke Singapura mengurus pekerjaannya, akhirnya selama beberapa bulan mereka berpisah tanpa ada kabar apa pun. Ine sebenarnya agak kecewa, tapi Ine juga tidak mau terlalu banyak berharap. Apa kisah Marco dan Ine bisa berlanjut ya? Padahal sepertinya dua-duanya adalah pasangan yang sangat serasi dan saling menyukai. Makanya baca buku ini supaya bisa tahu lebih lanjut mengenai kisah mereka berdua.

Suatu waktu, Ine berada dalam pilihan yang sulit. Ine harus memilih antara menunggu Belinda, sahabat yang sangat ia sayang atau pekerjaan. Karena pada saat itu Belinda akan segera melahirkan dan Jay, suami Belinda sedang berada di Singapura. Jay mempercayakan Belinda pada Ine. Sementara itu, ia harus memenuhi tugas kantor yang mendesak karena bos perusahaannya tersebut memaksanya untuk segera datang dengan ancaman bila tidak segera datang, ia akan dipecat dan bosnya dapat memastikan bahwa Ine tidak akan bisa diterima lagi di perusahaan lain yang sejenis. Ine sangat bingung, karena rasanya teramat sayang untuk melepaskan pekerjaan yang memang dicapainya dengan kerja keras itu, apalagi dengan ancaman yang sangat mengerikan dr bosnya. Tapi Ine juga tidak tega meninggalkan Belinda. Padahal saat menunggu waktu melahirkan di rumah sakit, Belinda juga berusaha meyakinkan Ine bahwa ia tidak apa-apa jika Ine memang harus pergi meninggalkannya karena pekerjaannya itu. Tetap saja Ine tidak tega. Ine berada dalam dua pilihan yang sangat sulit. Inilah dilema seorang Ine. Ine harus memilih, tidak bisa untuk melakukan kedua hal yang memiliki arti penting baginya itu dalam waktu yang bersamaan. Apa yang menyebabkan Ine harus segera datang oleh bos perusahaannya padahal saat itu ia sedang libur? Dan apa keputusan akhir dari Ine? Karena baginya dua-duanya itu sangat penting untuknya, karir dan sahabat. Nah, semua itu bisa dibaca dalam Quarter Life Fear ini.

Setelah membaca buku ini, paling tidak kita bisa lebih menyadari bahwa hidup itu memang tidak ada yang sempurna, karena kita adalah manusia biasa. Bagi kita memang terkadang selalu ada saja yang kurang di dalamnya. Wajar saja, tinggal bagaimana kita menghadapinya dan mengatasinya dengan baik. Kisah persahabatan Ine dan Belinda membuat kita merasa terharu, dan kita bisa lebih menghargai arti dari sebuah persahabatan.

Jadi baca bukunya deh, supaya bisa tahu sendiri tentang kisah Ine dan orang-orang di sekitarnya itu. Nggak bakal nyesel deh, karena ceritanya dikemas dalam sebuah cerita yang lucu dan menarik.


Quarter Life Fear
sinopsis:
“Sembilan bulan lebih Mama mengandungmu. Menyusuimu. Mengurus segala macam keperluanmu. Membesarkan dirimu dengan susah payah. Lalu sekarang kamu berkata bahwa kamu takut merepotkan Mama? Oh, anakku, betapa sedikit engkau memahami ibumu, Naaaaak...”Air mata bergelimpangan di mana-mana. Aku sampai harus menghindar agar tidak kecipratan.

”Mama kan pengen ngebantu kamu, Nda. Mbok ya diterima, gitu. Ditolak itu kan nggak enak.”

Alkisah, di kota Bandung hidup seorang gadis gemuk bernama Belinda, yang bekerja di sebuah institusi pendidikan anak. Hidupnya terasa bagaikan tragedi, karena Mama Belinda seorang yang cantik (dan juga eksentrik) sedangkan Papanya seorang pengusaha yang sukses, sementara dirinya sendiri tidak mewarisi keunggulan kedua orang tuanya. Terkadang ia takut dirinya ternyata anak adopsi. Terkadang ia malah sebaliknya bersyukur kalau-kalau dirinya benar-benar anak adopsi, agar ia bebas dari tekanan untuk menyamai orang tuanya.

Belinda juga memiliki seorang sahabat sekaligus tetangga bernama Ine. Dengan Ine sejak bayi hingga memasuki dunia kerja Belinda selalu berbagi suka duka hidup. Mereka bahkan memiliki selimut persaudaraan, pertanda bahwa hubungan mereka sangat dekat.
Begitu dekat, sampai-sampai dengan santainya Ine tega berkata, “Lu tuh gak gendut-gendut amat. Seperti kata Garfield kan, bukannya overweight, tapi undertall.”

Yah, begitulah. Belinda memang tidak punya kecantikan, kecerdasan, dan kepribadian ala Miss Universe. Sedangkan, Ine, seperti Mama Belinda, berparas cantik, selalu jadi juara umum di sekolah, penampilannya trendy, gampang gonta-ganti pacar, dan karirnya jauh lebih moncer. (Jadinya Ine juga lebih mampu shopping.) Satu lagi, mereka berdua entah bagaimana dapat tetap langsing tanpa peduli apa yang mereka telan sementara Belinda harus mati-matian diet agar bisa langsing.

Tidak pernah bisa menjadi seperti Mama dan Ine, Belinda menjadi terobsesi pada mereka berdua. Sekarang Belinda sudah 25 tahun, karirnya mentok sebagai pengajar paruh waktu, dan belum punya pendamping hidup. Dunia yang kejam tampaknya enggan memberikan excuse dan waktu lagi pada Belinda dan segala kekurangannya. Belinda merasa tak berdaya, dan sebagai akibatnya, pada suatu pagi seorang dokter memvonis Belinda:
“Anak ibu kena penyakit quarter life fear. Ia tidak mau ulang tahunnya dirayakan.”
Mungkinkah Belinda meraih apa yang diinginkannya dalam hidup ini? Baca sendiri novel karya ibu satu anak ini dan bersiap-siaplah untuk plot yang, meminjam istilah Pak Arswendo, meledak dengan lembut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar